Istana Pagaruyung Merupakan Objek Wisata Yang Berada di Daerah Sumatera Barat
Istana Pagaruyung atau yang yang bernama Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung yang merupakan salah satu istana kerajaan di jaman dahulu.

Media Cirebon - Istana Pagaruyung atau yang yang bernama Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung yang merupakan salah satu istana kerajaan di jaman dahulu yang masih bisa dinikmati hingga masa kini.

Istana Pagaruyung merupakan salah satu destinasi wisata bersejarah yang berlokasi di Jalan Sutan Alam Bagagarsyah, Pagaruyung, Tj. Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Kerajaan Pagaruyung

Di jaman dahulu, istana Pagaruyung ini menjadi tempat kediaman sekaligus pusat pemerintahan raja-raja Minangkabau dari Kerajaan Pagaruyung. Perjalanan kerajaan ini begitu panjang dan melalui dua fase keagamaan, yaitu Agama Budha dan Islam.

Kerajaan Pagaruyung diyakini berdiri sekitar pada tahun 1347 dengan raja yang pertamanya bernama Adityawarman. Meski demikian, tentang kedua hal ini juga masih menjadi perdebatan diantara kalangan peneliti sejarah.

Resky dan Vanessa pada tahun 2020 dalam jurnal berjudul Makna Spiritual di Bali Bangunan Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung menyebutkan, pemerintahan Adityawarman di Pagaruyung telah mengadopsi organisasi pemerintahan kerajaan Majapahit.

Pola pemerintahan di Minangkabau ini juga mengadopsi pola wilayah rantau, yaitu kerajaan yang dipimpin oleh raja kecil sebagai maharaja dan wilayah luhak yang dipimpin oleh penghulu.

Perpindahan agama kerajaan dari Budha ke Islam terjadi pada tahun 1409. Hal ini yang ditandai dengan seorang Raja Pagaruyung telah memutuskan untuk memeluk agama Islam dan ia mengubah namanya menjadi Sultan Alif.

Seputar Istana Pagaruyung

Istana Pagaruyung yang bisa anda kunjungi di wilayah Kabupaten Tahan Datar saat ini bangunan merupakan replika dari istana aslinya yang telah hancur karena terbakar pada tahun 1976.

Istana Pagaruyung adalah bangunan yang berbentuk Rumah Gadang. Basa dalam nama istana ini yang mempunyai arti besar, yaitu selingkar istana Pagaruyung.

Istana Basa Pagaruyung yang ada saat ini memiliki sebanyak tiga lantai, yang terdiri dari 72 tonggak dan 11 gonjong atap. Bangunannya ini memiliki ciri khas khusus yang berbeda dengan rumah gadang lainnya.

Ciri khas istana ini dapat kita lihat dari bentuk fisik bangunan dan juga telah dilengkapi dengan ukiran falsafah alam dan budaya khas Minangkabau. Ruang bangunan Istana ini terdapat sebuah anjung atau penaikan lantai pada sisi bagian kanan dan kirinya.

Adanya anjung didalam ruangan ini yang menunjukkan jati diri Istana Pagaruyung sebagai Rumah Gadang Koto Piliang, yang memegang sistem pemerintahan aristokrat, yaitu posisi duduk orang yang berbeda-beda berdasarkan statusnya.

Lantai dua Istana Pagaruyung hanya terdapat kamar tidur raja. Sementara lantai yang ketiga diperuntukkan sebagai tempat semedi serta sebagai lokasi untuk memantau suasana saat terjadi perang.

Cermin Kebudayaan Minangkabau

Istana Pagaruyung memiliki unsur pembentuk bangunan antara lain bentuk atapnya istana mirip seperti tanduk atau gonjong, ruang dalam, dinding rumah yang penuh berbagai macam ukiran, serta terdapat tangga di depan bangunan.

Arsitektur Istana Pagaryung ini yang dibuat untuk menghubungkan antara elemen arsitektur itu sendiri dengan kondisi alam yang ada. Hal ini membuat Istana Pagaruyung mempunyai kesan tidak kaku, serta cenderung dinamis.

Selain itu, arsitektur tersebut juga mencerminkan kebudayaan khas Minangkabau yaitu “alam takambang jadi guru” yang banyak dipengaruhi oleh spiritualitas/agama Islam.

Bagi masyarakat di Minangkabau, agama Islam merupakan salah satu penyempurna ajaran agama yang mereka kenal sebelumnya. Islam juga menjadi dasar dari setiap adat dan kebudayaan masyarakat yang ada.

Diketahui, dasar Islam dalam kehidupan suku budaya Minangkabau telah melahirkan prinsip yang berbunyi “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, yaitu adat yang bersandar pada aturan, aturan bersandar pada kitab Allah yaitu kitab suci Al-Qur’an.

Cerminan kebudayaan pada Istana Pagaruyung dapat dilihat dari anak tangga di depan bangunan dalam jumlah ganjil, yaitu 11. Bilangan ganjil ini yang rupanya disukai oleh masyarakat Minangkabau karena melambangkan keesaan Tuhan.

Berikutnya adalah atap gonjong atau tanduk kerbau. Simbol ini yang dimaknai sebagai interaksi manusia kepada Tuhan karena bentuknya yang menjulang ke atas. Bentuk dari atap bangunan ini juga melambangkan keselarasan alam yang bergunung dan berbukit.

Bagian depan Istana Pagaruyung juga telah menyimpan makna yang mendalam dengan banyaknya ukiran bermotif alam, seperti akar, bunga, dan hewan. Motif-motif itu sesuai tuntunan agama Islam yang melarang melukis makhluk hidup secara utuh. (Dedi)