Kapak Perimbas: Sejarah, Ciri-Ciri dan Manfaatnya
Kapak Perimbas | Foto : Media Cirebon 

Media Cirebon - Di Negara Indonesia, salah satu peralatan batu hasil buatan manusia pada masa Pleistosen yang paling banyak ditemukan adalah kapak perimbas. Ini adalah jenis kapak yang digunakan dengan cara dipegang dan berbentuk masif. Teknik pembuatannya umumnya masih kasar dan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama.

Perkembangan kapak perimbas di Indonesia dimulai sekitar awal masa Holosen. Para ahli sejarah berpendapat bahwa jenis manusia Pithecanthropus yang diduga sebagai pencipta jenis kapak ini, dengan bukti yang ditemukan di Cina, tepatnya di Chou-kou-tien dan ditemukan bersamaan dengan fosil-fosil Pithecanthropus pekinensis.

Kapak batu jenis Perimbas ditemukan di Asia Timur

Para ahli telah meneliti tradisi kapak perimbas yang tersebar di kawasan Asia Timur pada tahun 1937 hingga 1938, khususnya di daerah Burma dan Jawa. Beberapa tokoh yang terlibat dalam penelitian ini adalah Helmutt de Terra, Hallam L. Movius Jr, dan Teilhard de Chardin.

Sebelum dilakukannya penelitian, telah ditemukan alat-alat paleolitik berupa kapak genggam dengan corak khas yang belum ditentukan. 

Namun, penyebaran kapak perimbas sudah diketahui di beberapa wilayah seperti Birma (lembah Irrawadi), China (Chou Kou Tien, Kwangsi, lembah Yangtze), Pakistan (Punjab) dan Indonesia (Pacitan).

Berdasarkan pengamatan terhadap temuan yang tersebar di wilayah-wilayah yang disebutkan sebelumnya, Movius menyatakan bahwa di Asia Timur berkembang suatu corak budaya yang berbeda dengan corak yang ditemukan di Asia Barat, Afrika, Eropa, dan sebagian India.

Teknik pembuatan alat-alat genggam umumnya masih monofasial, yaitu hanya pemangkasan dilakukan pada satu permukaan saja. Corak budaya batu yang khusus ini disebut dengan kompleks kapak perimbas.

Ciri-Ciri Kapak Perimbas

Ciri-ciri umum pada alat-alat batu yang dikelompokkan sesuai metode Movies dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Bentuk kapak perimbas umumnya runcing dan tajam, sehingga memudahkan dalam melakukan aktivitas pemangkasan dan pengukiran. Ciri ini merupakan salah satu ciri yang paling menonjol dari kapak perimbas.
  • Permukaan pemangkasan kapak perimbas rata dan halus, sehingga memudahkan dalam melakukan aktivitas pemangkasan yang presisi dan akurat. Ciri ini menunjukkan tingkat kesempurnaan pembuatan kapak perimbas yang tinggi.
  • Kapak perimbas hanya memiliki satu permukaan pemangkasan (monofasial), yang digunakan untuk melakukan aktivitas pemangkasan. Sisi yang lain dari kapak perimbas biasanya digunakan sebagai tangkai atau pegangan. Ciri ini menunjukkan bahwa kapak perimbas dibuat dengan tujuan yang spesifik dan efisien.

Di beberapa kelompok lokal, ditemukan banyak alat-alat yang dibuat dari serpih, seperti di Indonesia, Pakistan, dan Vietnam. Jumlah alat-alat ini kadang-kadang melebihi jumlah alat-alat lainnya.

Kapak Perimbas di Indonesia

Tradisi kapak perimbas di Indonesia ternyata memiliki persebaran yang luas dan khusus berkembang di tempat-tempat yang memiliki bahan batuan yang cocok untuk pembuatan peralatan batu.

Penelitian tradisi paleolitik di Indonesia dimulai pada tahun 1937. Tokoh penting yang berperan dalam penemuan alat-alat ini adalah Von Koenigswald, yang berhasil menemukan alat-alat batu di daerah Punung, Kabupaten Pacitan. Alat-alat tersebut bercorak kasar dan sederhana dalam teknik pembuatannya.

Alat-alat yang dimaksud bercorak kasar dan sederhana dalam teknik pembuatannya. Koenigswald kemudian menggolongkan alat-alat tersebut sebagai alat paleolitik yang bercorak Chellean, yaitu suatu tradisi yang berkembang pada tingkat awal paleolitik di Eropa.

Pendapat Koenigswald kemudian ditentang oleh Movies yang menyatakan bahwa temuan di Pacitan tersebut merupakan salah satu corak perkembangan kapak perimbas di Asia Timur.

Tradisi kapak jenis perimbas di Pacitan ini kemudian terkenal dengan sebutan Budaya Pacitan dan dianggap sebagai tingkat perkembangan budaya batu awal di Indonesia.

Selain di Pacitan, kapak perimbas juga ditemukan di daerah-daerah lain di Indonesia seperti Kalianda (Lampung), Lahat (Sumatera Selatan), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), Batutring (Sumbawa) dan beberapa daerah lainnya.

Fungsi dari kapak perimbas

Pembuatan kapak dilakukan dengan cara meruncingkan sisi permukaan batu untuk menjadikannya tajam, sementara bagian lain yang tidak diruncingkan digunakan sebagai pegangan.

Pada umumnya, kapak perimbas ini adalah alat yang digunakan oleh manusia pada masa itu untuk memotong dan menumbuk. Contohnya, digunakan untuk memotong daging hewan yang berhasil ditangkap, menumbuk biji-bijian atau tanaman, sebagai pisau, untuk menyayat dan kegiatan berburu hewan.

Itulah pembahasan singkat tentang kapak perimbas. Semoga artikel ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Sumber Referensi: 

  • Notosusanto, N., Poesponegoro, MD. 1993. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta : Balai Pustaka.
  • Movies, Jr., H. L. 1943. The Stone Age of Burma. Trans. American Phil. Society.
  • Koenigswald, G.H.R. von. Ein neuer Urmensch aus dem Dilluvium Javas. 1933

(Referensi di atas adalah buku, artikel atau jurnal yang ditulis dalam bahasa Inggris, dan saya menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia).