Sejarah dan Syair Ronggolawe
Ronggolawe | Foto : Berbagai Sumber 

Media Cirebon - Syair Ronggolawe adalah sebuah syair yang berasal dari Jawa Timur, Indonesia. Syair ini diperkirakan dibuat pada masa penyebaran agama Islam di Jawa pada abad ke-15. Syair Ronggolawe memiliki nilai historis yang tinggi karena menceritakan tentang perjuangan para pahlawan dalam melawan penjajahan Portugis yang menduduki daerah-daerah di Jawa pada masa itu.

Syair Ronggolawe dipercayai ditulis oleh seorang ulama bernama Maulana Ibrahim atau juga dikenal sebagai Sunan Giri. Syair ini menceritakan tentang perjuangan rakyat Jawa Timur, khususnya dari daerah Tuban, Gresik, dan sekitarnya, dalam melawan penjajahan Portugis. Ronggolawe sendiri adalah seorang pemimpin perlawanan yang terkenal pada masa itu.

Dalam syair ini, Ronggolawe digambarkan sebagai sosok yang sangat berani dan pemberani. Ia selalu siap untuk memimpin perlawanan melawan penjajah Portugis yang sudah menyebar ke berbagai wilayah di Jawa Timur. Ronggolawe juga diceritakan sebagai seorang yang memiliki kekuatan dan keahlian dalam memimpin pasukan.

Pada masa penjajahan Portugis, Ronggolawe dan pasukannya berhasil mengusir Portugis dari beberapa wilayah di Jawa Timur, seperti Tuban, Gresik, dan sekitarnya. Namun, perjuangan mereka belum berakhir karena Portugis masih menguasai wilayah lain di Jawa Timur.

Ronggolawe dan pasukannya kemudian melakukan perlawanan terhadap Portugis di daerah-daerah lain di Jawa Timur, seperti Surabaya, Malang, dan sekitarnya. Mereka berhasil membebaskan daerah-daerah tersebut dari penjajahan Portugis dan membawa kembali kemerdekaan kepada rakyat Jawa Timur.

Selama perjuangan mereka, Ronggolawe dan pasukannya banyak mengalami kesulitan dan rintangan. Namun, mereka tetap berjuang dengan gigih dan tidak pernah menyerah dalam melawan penjajah. Syair Ronggolawe menjadi sebuah inspirasi bagi rakyat Jawa Timur dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan dari penjajahan.

Selain menceritakan perjuangan melawan penjajahan Portugis, syair Ronggolawe juga mengandung pesan moral dan agama yang tinggi. Syair ini mengajarkan tentang keberanian, kejujuran, dan keikhlasan dalam berjuang untuk kebenaran dan keadilan. Syair ini juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi musuh.

Syair Ronggolawe menjadi sebuah simbol perjuangan rakyat Jawa Timur dalam melawan penjajah. Syair ini masih sangat populer dan dihormati oleh masyarakat Jawa Timur hingga saat ini. Banyak sekolah dan institusi di Jawa Timur yang menamakan diri mereka dengan nama Ronggolawe sebagai bentuk penghormatan terhadap pahlawan perjuangan tersebut.

Syair Ronggolawe juga menjadi sumber pengetahuan sejarah yang penting dalam memahami perjuangan rakyat Jawa Timur dalam menghadapi penjajahan. Syair ini juga memberikan gambaran tentang kondisi sosial dan politik pada masa itu, di mana banyak daerah di Jawa Timur dikuasai oleh kekuatan asing yang ingin memperluas pengaruhnya.

Melalui syair Ronggolawe, kita dapat melihat betapa pentingnya perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan dan kebebasan rakyat. Syair ini juga mengingatkan kita untuk tidak pernah melupakan sejarah dan memperjuangkan kebenaran serta keadilan.

Selain menjadi sebuah karya sastra yang bernilai sejarah, syair Ronggolawe juga memiliki keunikan dalam segi bahasa dan gaya sastra. Syair ini menggunakan bahasa Jawa Kuno yang kaya akan metafora dan majas, sehingga memberikan nilai estetis yang tinggi dalam penggambaran perjuangan melawan penjajahan.

Syair Ronggolawe juga memiliki unsur-unsur musik tradisional Jawa Timur, seperti gamelan dan tembang, yang digunakan dalam pembacaan dan pentasnya. Hal ini memberikan nuansa khas Jawa Timur dalam penyampaian cerita perjuangan tersebut.

Selain itu, syair Ronggolawe juga dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Islam yang banyak dipraktikkan pada masa itu. Syair ini mengajarkan tentang pentingnya keberagaman dan toleransi dalam menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi musuh yang ingin memecah belah bangsa.

Dalam perkembangan sejarahnya, syair Ronggolawe juga menjadi sumber inspirasi bagi gerakan kemerdekaan Indonesia pada masa awal perjuangan melawan penjajah Belanda. Pahlawan-pahlawan nasional seperti Soekarno dan Hatta juga banyak terinspirasi oleh nilai-nilai yang terkandung dalam syair ini.

Dalam perkembangan budaya dan seni Jawa Timur, syair Ronggolawe masih menjadi salah satu warisan budaya yang dijaga dan dilestarikan. Syair ini sering diadakan pentas seni dan menjadi materi pembelajaran dalam pendidikan budaya dan sejarah di Jawa Timur.

Dengan demikian, syair Ronggolawe memiliki nilai sejarah, budaya, dan estetis yang tinggi dalam memperkaya kekayaan seni dan budaya Indonesia. Melalui syair ini, kita dapat belajar dan memahami perjuangan rakyat Jawa Timur dalam melawan penjajahan serta nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangan tersebut.

Syair Ronggolawe 


Sayyid Ronggo Lawe kandhane

Gegadhah ngupadi, tegese wasane

Sing kawitane kang sakti lan satriya

Dhendhengkang tanpa ora kelinga


Uga dadi senopati negara

Wiwit warangka dadi arya

Dandhanggula kang tetep teguh

Gusti kang Mahaesa nulis basa


Tukang gulung kaki kudu prihatin

Bali ratuning ratu amung pratin

Lih lara lan ilang ati

Kalih karo kawah, amung dituwi


Dudu karya sugih rasa tembang

Nanging kawit kang sembrono mbangun rasa

Dene langgeng tanpa aji

Ora lumrah tuku neng toko


Rasa kang tanpa ugi, ora bakahe

Suluk tayub kudu tekadhe

Sinau nggelar pangesthi sari

Gusti Allah Maha Tahu


Yen ora ngrasani nggawa maksiat

Urip mawon tanpa srengenge

Aja gumun para priyayi

Wus kabeh dadi nduwur

Sugih kaya lan tekan duit

Dudu wangsalan dening dhulur mati

Sak kantong manawa kecik

Sugih kaya, dening pikiran


Dadi panghapunten para sesepuh

Nanging kudu ngresiki pangestu

Dudu tumindak kang bilih-bilih

Dadi kowu ngremboko dhateng gusti


Jalaran tan kena aji

Uga tanpa maksiat, tanpa pembarongan

Maksud akeh dudu loro

Ora kudu tangi lan jujur

Bersih lan sucining ati

Nuwun sewu ingkang kasucian

Kudu tunggal wani tan ana pamrih

Lan tan ana kelebihan


Duduk karo nagari saka luhur

Urip sedhenge marga punika

Dadi bijaksana utawa putra utama

Menangan lara ingkang kasampurnan

Tiyang ing wewengkon ing Ngayogyakarta

Aja gumun ing ngoko ingkang kawulo

Sang Nata sampun dadi titisan

Nglurug batang ati, hawa adohi


Saka Ronggo Lawe yen mulat

Kendhang kang riang ngiringi langgam

Ketaman asmara kang dumadak

Tresnoku kang tan kena ajur


Mugi rasa kang lumrah kudu nampi

Ajining diri soko ning ati

Sugih kaya kang tanpa prasaja

Dadi berkah saka Gusti Allah.