Sejarah Mari Sappho
Mari Sappho | Foto : Media Cirebon 

Media Cirebon - Mari Sappho atau Sappho dari Lesbos adalah seorang penyair perempuan yang berasal dari pulau Lesbos, Yunani kuno pada abad ke-6 SM. Ia hidup selama periode Archaic Greece, sekitar 630 hingga 570 SM. Karya-karyanya dianggap sebagai salah satu dari sedikit contoh puisi dari periode kuno yang masih ada.

Mari Sappho dilahirkan di Mytilene, ibu kota Lesbos. Ia lahir dari keluarga bangsawan yang kaya dan terkenal di daerahnya. Ia juga terkenal sebagai pendidik yang hebat dan dihormati oleh banyak orang, terutama kaum perempuan.

Sappho dididik oleh pamannya yang juga seorang penyair, dan oleh para guru terkenal lainnya di Lesbos pada saat itu. Ia belajar sastra, musik, dan seni dari mereka dan mengembangkan keahliannya dalam membuat puisi.

Karya-karya Sappho terkenal karena fokusnya pada keindahan alam dan pengalaman pribadi. Sebagian besar puisinya adalah tentang cinta dan kerinduan, terutama antara sesama wanita. Puisi-puisinya sering kali menyatakan perasaan cinta, kehilangan, dan kesedihan, serta kesepian dan kerinduan.

Sappho mendirikan sebuah sekolah di Lesbos yang dikenal sebagai "thiasos". Sekolah ini didedikasikan untuk mempelajari puisi dan musik, dan hanya terbuka bagi perempuan. Sekolah ini dianggap sebagai tempat yang unik dan menonjol dalam kehidupan sosial dan budaya di Lesbos pada masa itu.

Sappho terkenal karena gaya penulisan puisinya yang kaya akan imajinasi dan penggunaan bahasa yang indah. Puisi-puisinya juga terkenal karena ritme dan musiknya, serta karena ekspresi kepekaan emosional yang mendalam.

Sejarah hidup Sappho sendiri menjadi topik yang diperdebatkan dan misterius, karena sedikit yang diketahui tentang kehidupannya dari sumber-sumber sejarah. Namun, banyak legenda dan cerita yang berkembang tentang kehidupan pribadinya, termasuk asumsi tentang orientasi seksualnya yang dianggap homoseksual.

Pada abad ke-3 SM, karya-karya Sappho dikumpulkan dan diterbitkan oleh penggemarnya, meskipun sebagian besar karya tulisannya hilang atau hanya sebagian yang tersisa. Kumpulan karya tulisnya yang paling terkenal adalah "The Sappho Poems", yang diterjemahkan oleh penyair Inggris, Edwin Arnold pada tahun 1869.

Sappho dipuja oleh banyak penyair dan pengarang klasik, seperti Plato, Horace, dan Catullus, yang menganggapnya sebagai salah satu penyair terbesar dari Yunani kuno.

Pada abad ke-19, Sappho menjadi terkenal sebagai tokoh simbolis untuk kaum lesbian dan karya-karyanya dianggap sebagai bukti sejarah yang kuat tentang keberadaan kultur lesbian di masa lalu.

Sejak itu, banyak penulis, seniman, dan tokoh pergerakan hak LGBT juga menggunakan Sappho sebagai simbol dan sumber inspirasi dalam perjuangan mereka untuk kesetaraan dan pengakuan hak mereka.

Namun, selama beberapa abad terakhir, kehidupan dan karya Sappho telah menjadi objek interpretasi dan diskusi yang sering kali terkait dengan topik-topik seperti feminisme, homoseksualitas, dan bahkan politik. Terdapat juga perdebatan mengenai apakah karya-karya Sappho masih relevan untuk masa kini, atau apakah ia hanya merupakan sebuah fenomena dari zaman Yunani kuno.

Meskipun karya-karya Sappho banyak yang hilang, namun beberapa karya tulisnya masih terjaga hingga saat ini. Pada tahun 2004, sebuah fragmen dari salah satu puisinya, "The Tithonus Poem", ditemukan di Mesir oleh seorang ahli epigrafi. Temuan ini membantu para ahli sastra untuk lebih memahami gaya penulisan dan keunikan puisi Sappho.

Sappho telah menjadi salah satu penyair terkenal dari Yunani kuno dan juga sebagai tokoh penting dalam sejarah budaya lesbian. Karya-karyanya yang indah dan keberaniannya dalam mengekspresikan perasaan cinta sesama wanita telah memberi pengaruh besar terhadap banyak penulis dan seniman, serta menjadi simbol pergerakan LGBT modern.

Walaupun kehidupan dan karya Sappho masih menjadi misteri, namun karya-karyanya tetap menjadi bukti yang kuat tentang keberadaan sastra kuno yang indah dan mendalam. Puisi-puisinya yang mengalir dengan ritme dan nada yang indah, dan ekspresi perasaan cinta yang mendalam, terus menjadi inspirasi bagi banyak orang sampai saat ini.

Bahkan setelah ribuan tahun, puisi-puisi Sappho masih dapat membawa pembaca pada perjalanan emosional dan spiritual yang mendalam, dan menunjukkan kekuatan kata-kata untuk mengungkapkan keindahan dan kepedihan manusia.

Sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah sastra, keberanian dan keunikan karya Sappho tetap mengilhami orang-orang sampai hari ini. Namun, keberadaannya sebagai seorang wanita dan tokoh LGBT dalam zaman Yunani kuno juga menunjukkan betapa pentingnya pengakuan dan penghargaan terhadap keragaman dan kompleksitas manusia.

Sebagai akhir dari sejarah hidup dan karya Sappho, kita dapat menyimpulkan bahwa dia adalah seorang penyair yang luar biasa, yang keberanian dan karya-karyanya telah memberikan pengaruh besar terhadap dunia sastra dan budaya hingga saat ini. Karya-karyanya tetap menjadi bukti akan keindahan sastra Yunani kuno dan kekuatan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan manusia, dan pengaruhnya dalam dunia sastra dan gerakan LGBT terus dirasakan sampai saat ini.