Apakah Tahun 2023 Negara Indonesia Mengalami Resesi Ekonomi?
Ilustrasi Resesi Ekonomi | Foto : Media Cirebon 


Media Cirebon
- Resesi, dikutip dari situs hukum.uma.ac.id merupakan penurunan aktivitas ekonomi dalam waktu yang cukup lama, dapat terjadi berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Ada beberapa negara yang sudah mengalami hal tersebut, Indonesia sendiri diramalkan akan mengalami resesi tahun 2023. Kondisi demikian akhir-akhir ini sedang kita rasakan dengan begitu jelas. 

Menurut BBC NEWS INDONESIA, pada tahun 2019 Indonesia juga resmi mengalami resesi dikarenakan terjadinya covid-19, dimana kegiatan ekonomi pada tahun tersebut mengalami kendala. 

Indonesia resmi mengalami resesi dikarenakan berada pada kuartil ketiga yang tercatat minus pada tahun 2019. Resesi dapat terjadi pada suatu negara jika negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi dua kuartal secara berturut-turut yang berada pada nilai minus. Kata resesi sendiri sudah tidak asing pada perbincangan global dan sudah menjadi pembicaraan pokok. 

Pada intinya resesi dapat terjadi dikarenakan krisisnya keuangan, peristiwa dunia dan bahkan inflasi kenaikan harga yang beranjak naik dari tahun ke tahun. 

Problem resesi tidak hanya dirasakan di Indonesia namun ada beberapa negara yang merasakan problem yang sama.

Namun, Indonesia sendiri mengalami probabilitas yang relative rendah untuk mengalami resesi karena memang keterkaitan terhadap perekonomian global Indonesia relative terbatas. 

Mungkin dari kita sendiri juga ada yang belum mengetahui betul apa itu resesi dan dapat berdampak apa bagi masyarakat. Dikutip dari kanal youtube UIR News, Prof. Dr. H. Detri Karya, M.A menjelaskan bahwa sebenarnya resesi sudah dirasakan Indonesia sejak lama. 

Hal tersebut dapat dilihat dari berkurangnya daya beli masyarakat pada suatu produk dikarenakan adanya kenaikan harga, yang menyebabkan produksi menurun karena kurangnya permintaan. 

Ketika hal tersebut terjadi maka berdampak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menyebabkan juga dampak kemiskinan, pada tahun 2022 tercatat sekitar 30% kemiskinan terjadi di Indonesia akibat resesi global. 

Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo mengumumkan bahwa ekonomi global, termasuk Indonesia, mengalami resesi pada tahun 2023. Dikutip dari media online cnbnindonesia.com, hal tersebut disampaikan dalam rapat Koordinasi Nasional Investasi tahun 2023 di Jakarta, Rabu (30/11/2022). 

Dampak umum resesi yang kita ketahui yaitu inflasi. Dalam hal ini presiden Joko Widodo berpesan kepada pemerintah pusat ataupun daerah mulai dari tingkat provinsi, kabupaten dan kota hingga kebawah serta kementerian lembaga agar dapat kompak dan bersatu 

“Seperti saat kita kemarin menangani Covid, kalau Covid bisa bersama-sama, urusan inflasi ini kita harus bersama-sama” katanya.

Presiden Jokowi melihat urusan inflasi merupakan urusan bank sentral di banyak negara. Salah satu metode yang digunakan adalah peningkatan suku bunga. Dampaknya adalah menurunnya permintaan kredit dan kelambatan arus uang yang mengalir ke masyarakat. 

Semua dilakukan dengan harapannya inflasi turun. Inflasi disebabkan karena tidak seimbangnya penawaran dan permintaan barang atau jasa dimana permintaan pasar tidak diimbangi dengan pasokan barang yang memadai. 

Biaya produksi yang relative mahal dapat disebabkan stok bahan baku yang mulai langka dipasaran, sementara permintaan akan barang tersebut terus meningkat pada waktu bersamaan yang dapat berimbas harga bahan baku menjadi mahal dan meningkatnya biaya produksi. 

Inflasi juga dapat disebabkan karena peredaran uang, banyaknya peredaran uang dimasyarakat dapat berimbas pada kenaikan harga barang. Hal ini terjadi karena pasokan barang yang tersedia di pasar tidak mengalami perkembangan, sementara jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih melimpah.

Dampak Inflasi sendiri sudah dapat dirasakan pada masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah, pasalnya semakin harga naik suatu barang ataupun makanan minat mereka semakin berkurang untuk berbelanja. 

Penurunan minat beli masyarakat menurut bank Indonesia dapat memberi efek berkelanjutan sehingga dapat memberi dampak standar kehidupan dan pendapatan menurun. 

Dalam jangka panjang hal ini juga dapat menyebabkan masyarat yang kurang mampu menjadi lebih menurun baik pendapatan maupun kualitas hidupnya. 

Dampak yang ditimbulkan inflasi merupakan pendapatan tidak seimbang, artinya dalam hak ini ada beberapa pihak yang dengan adanya inflasi mengalami kerugian dan ada juga yang mengalami keuntungan. 

Dikutip dari media online bisnis.tempo.co, Pada enyikapi perekonomian global yang semakin menurun dengan ancaman krisis Gubernur bank Indonesia Perry Wajiyo, mengakatan ada tiga langkah yang dapat mengantipasi resesi. 

Poin pertama, resesi global tidak bisa hanya direspon oleh satu instrumen kebijakan.

“Dalam hal itu, Indonesia telah melakukan implementasi bauran kebijakan moneter, fiskal, stabilitas nilai tukar, dan makroprudensial” tuturnya. 

Poin kedua, pentingnya pengembangan digitalisasi keuangan. Menurut gubernur bank Indonesia telah mengembangkan digitalisasi sistem pembayaran kesepakatan dengan beberapa negara. 

Poin ketiga, penguatan keamanan jaringan keuangan global merupakan hal penting untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan. 

Dia juga menganggap bahwa kebijakan untuk mempercepat transisi energi hijau akan memberikan manfaat yang signifikan bagi keamanan energi. Terutama, dalam jangka panjang dan mengurangi biaya makro ekonomi dari perubahan iklim. Selain itu, Perry menyatakan bahwa kerja sama multilateral sangat penting untuk mencegah negara-negara dari mengalami fragmentasi global.


SUMBER:

https://hukum.uma.ac.id/2022/08/08/resesi-ekonomi/

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53152994

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220930065738-4-376136/merinding-ini-pidato-jokowi-sri-mulyani-luhut-soal-resesi

https://bisnis.tempo.co/read/1645809/gubernur-bi-beberkan-3-cara-menghadapi-ancaman-resesi-2023


Penulis : Siti Julekha 

(Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon)


Editor : Thata Widiya S.Hum