![]() |
Situs Makam Buyut Kabayan Tengaro | Foto : Media Cirebon |
Media Cirebon - Tahukah anda, Makam Buyut Kabayan Tengaro ini adalah situs peninggalan purbakala yang saat ini masih dilestarikan. Situs ini terletak di Taman Makam Umum (TPU) Kabayan Tengaro, Blok Tengah, Desa Cangkring, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Sejarah Makam Buyut Kabayan Tengaro
Ki Buyut Kepuh atau Ki Buyut Kabayan konon adalah orang yang pernah tinggal di daerah Sepatan yang dianggap oleh warga setempat sebagai orang yang berilmu kerohanian yang tinggi.
Dan diperkirakan berumur satu tahun. abad “Konon beliau ini adalah seorang murid Sunan Ampel atau seorang Walisongo yang telah menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Selanjutnya, “kenapa nama ki buyutnya kepuh..? Atau ki buyut Kabayan..?
Nama Ki Buyut Kepuh” merupakan sebuah julukan warga sekitar karena meninggal di sebuah kuburan di dekat pohon Kepuh yang berusia ratusan tahun. Banyak orang yang menanyakan pertanyaan ini kepada orang yang umurnya sudah mencapai seratus tahun dan bahkan tidak mengetahui umur pohon tersebut.
Sedangkan julukan Ki Buyut Kabayan, karena almarhum dulunya selalu bertingkah seperti kabayan (tokoh parodi dari daerah Perahiyang, Jawa Barat). Di belakang makam Ki Buyut Kepuh terdapat sebuah bangunan yang dianggap warga sebagai makam Wali Mesir.
Entah itu benar atau tidak karena setelah kami tanya lagi sebenarnya dulu hanya ada pohon besar dan sama sekali tidak ada kuburan sama sekali, dia berkata. Namun ada yang sengaja membangunnya seperti makam, apapun tujuannya? yang pasti segala keberkahan dan kesuksesan datangnya dari Allah SWT” yang patut disembah dan dipuja.
Tentang Makam Buyut Kabayan Tengaro
![]() |
Pintu Makam Buyut Kabayan Tengaro | Foto : Media Cirebon |
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti sudah berapa lama Situs makam Buyut Kabayan Tengaro tersebut berdiri. Akan tetapi, banyak sejarawan lokal yang percaya mengenai situs tersebut yang telah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Cirebon.
Asal usul situs pemakaman Buyut Kabayan Tengaro memiliki keterkaitan erat dengan perjalanan dakwah Sunan Gunung Jati. Menurut cerita yang berkembang, pada mulanya Kabayan Tengaro adalah seorang penganut Buddha yang memiliki kesaktian. Kesaktiannya membuatnya dikenal dan banyak diikuti oleh masyarakat setempat.
Alkisah, Sunan Gunung Jati tiba di sebuah daerah bernama Cangkring. Sunan Gunung Jati datang untuk menyebarkan Islam di daerah itu. Kabayan Tengaro juga menjadi pengikut, murid Sang Sunan.
Kabayan Tengaro ini juga dipercaya oleh seorang sunan agar melanjutkan dakwah Islam di Cangkring. Ia memiliki paviliun yang digunakan sebagai tempat belajar bagi murid-muridnya. Tempat ini masih dipertahankan dan dilestarikan sebagai situs cagar budaya.
Tempat itu mempunyai satu ruangan yang di dalamnya terdapat sebuah makam besar. Makam tersebut dipercaya sebagai makam Kabayan Tengaro. Di bagian luar terdapat teras yang cukup luas, yang masih digunakan sebagai tempat pertemuan terkait acara adat setempat.
Pada dinding bangunan ini terdapat ukiran nama-nama Khulafaur Rashidhin, yaitu Ustman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Al-Khattab. Pada bagian depan dihiasi dengan ukiran nama Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Setiap tahun, ada tradisi yang berkaitan dengan makam Buyut Kabayan Tengaro. Pada awalnya tradisi ini hanya diikuti oleh masyarakat setempat. Namun, kini tradisi ini telah berkembang menjadi tradisi yang dirayakan oleh seluruh warga desa, dan tidak jarang masyarakat dari desa lain turut serta merayakannya.
Tradisi ini dikenal dengan istilah "memayu" atau dalam bahasa Indonesia berarti "memperindah". Tradisi ini bukan merupakan perayaan ulang tahun atau semacamnya, melainkan sebagai media silaturahim dan gotong royong sebagai bentuk kepedulian masyarakat untuk merawat dan menjaga situs makam.
Buyut Kabayan Tengaro
![]() |
Makam Buyut Bayan Tengaro | Foto : Media Cirebon |
Kabayan Tengaro adalah salah satu tradisi yang telah menjadi kebanggaan bagi masyarakat desa Cangkring. Dalam tradisi ini terkandung nilai-nilai kearifan, antara lain kebersamaan, gotong royong dan persatuan.
Tradisi ini bahkan telah menjadi sarana pesta rakyat yang diisi dengan “pengolah”, pertunjukan seni budaya daerah seperti: tari topeng, wayang kulit, lakon, dan sebagainya. Selain itu, pengajian umum juga digelar dalam momentum pesta rakyat ini, sebagai sarana dakwah Islam.
Di era modern saat ini, sebagian masyarakat memandang bahwa menjalankan tradisi dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Namun, apabila kita merenung lebih mendalam, perlu diingat bahwa tanpa usaha mempertahankan tradisi, suatu saat nanti warisan budaya lokal tersebut akan meredup dan perlahan terkikis oleh arus waktu.
Tradisi juga merupakan warisan budaya masa lampau yang perlu dipertahankan keberadaannya, sebagai wujud kekayaan budaya dan sebagai identitas bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita harus terlibat aktif dalam melestarikan tradisi dan kearifan lokal yang ada di sekitar kita.
Demikian penjelasan dari saya tentang sejarah Makam Buyut Kabayan Tengaro di cirebon semoga bermanfaat, terimakasih.