Menggali Sejarah Asal-Usul Situs Keramat Sindang Pancuran Dan 7 Sumber Mata Airnya
Sindang Pancuran | Foto : Media Cirebon 

Media Cirebon - Sindang Pancuran merupakan salah satu sumur keramat yang letaknya berada di Blok Puhun, Kabupaten Cirebon. Warga meyakini pancuran ini mengandung sejumlah manfaat. Konon, ketika Pangeran Sapu Jagad beristirahat di sebuah dusun bernama Dukuh Awi, ia memerintahkan Pangeran Selanada untuk mencari sumber air. 

Setelah sekian lama berkeliling, Pangeran Selanada akhirnya menemukan sebuah mata air yang jernih dan segar. Namun karena air terus memancar, Pangeran Sapu Jagad dan prajuritnya membangun tempat berlindung agar air tidak terbuang percuma. Dan hingga kini, mata air tersebut masih dimanfaatkan warga untuk beraktivitas seperti mencuci pakaian dan minum. 

Mata air Sindang Pancuran diyakini warga mempunyai beberapa khasiat antara lain menjaga, memuliakan, dan memberi kasih sayang. Sayangnya perhatian dari pemerintah masih sangat minim. Fasilitas pendukung yang kurang memadai dan promosi pariwisata yang kurang. Alhasil, saat ini situs tersebut sangat sepi pengunjung. Penjaga situs suci tersebut berharap pemerintah memberikan perhatian terhadap situs tersebut. 

Sebab Sindang Pancuran merupakan salah satu cagar budaya dan aset penting Kabupaten Cirebon. Jika memungkinkan, buatlah gerbang agar pengunjung tidak kebingungan saat ingin memasuki lokasi. Selain itu, lokasi ini cukup ramai hanya setiap malam Jumat. Warga dari beberapa kota datang hanya untuk mandi di pancuran, karena air ini terbukti sangat berkhasiat. 

Permasalahan lainnya, akibat semakin banyaknya warga yang memanfaatkan sungai di samping pancuran untuk mandi, mencuci, dan membuang sampah, sungai menjadi kotor dan berbau. Dan otomatis, kondisi ini sangat mempengaruhi kualitas air Sindang Pancuran. Para penjaga dan beberapa pengunjung mengeluhkan hal ini. Meski sudah dipasang papan larangan membuang sampah sembarangan, warga masih membandel.

Mengenal 7 Sumber Mata Air Sindang Pancuran

Mata Air Sindang Pancuran
Mata Air Sindang Pancuran | Foto : Media Cirebon 

Sindang Pancuran merupakan sebuah mata air yang mempunyai 7 sumber mata air. Tiga di antaranya berada di sekitar situs keramat dan mudah ditemukan. Sedangkan empat lainnya berada jauh. Ketujuh mata air tersebut masih berada dalam satu aliran sungai. Menurut beberapa anggota, salah satu mata air yang biasa digunakan masyarakat adalah mata air di dekat kuburan, yang terdapat 5 pancuran, dan di dekatnya ada 2 pancuran. 

Kelima pancuran tersebut diberi dinding dan atap yang berfungsi untuk mencegah benda-benda dari atas jatuh ke mata air. Adapun yang lainnya, berdinding tertutup. Hanya aliran air saja yang mengalir keluar dari dinding dan dibuat wadah kecil menggunakan pipa.

Pancuran Air
Pancuran Air | Foto : Media Cirebon 

Menurut kabar dari situs keramat Sindang Pancuran, ternyata tembok tersebut dibangun oleh Belanda yang fungsinya mengalirkan air dari mata air ke pabrik gula di Sindang Laut. Diperkirakan usianya sama dengan dibangunnya Pabrik Gula Sindang Laut, yakni sekitar tahun 1896. 

Di tempat yang sama, beberapa warga setempat menyebutkan bahwa mata air ini pertama kali ditemukan oleh Pangeran Sela Ganda, pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Awalnya salah satu anak Prabu Siliwangi yang beragama Islam bernama Pangeran Wauntungsang atau Pangeran Sapujagat atau Pangeran Cakrabuana, mendirikan sebuah pesantren bernama Dukuh Awi. 

Dinamakan demikian karena pesantren atau dukuhnya terbuat dari bambu. Dalam bahasa Sunda, awi berarti bambu. Dukuh Awi digunakan sebagai tempat musyawarah dan pengajaran agama Islam. Ada kendala di Dukuh Awi, karena di sekitar kawasan itu tidak ada sumber air. Hingga akhirnya lokasi Dukuh Awi berpindah. 

Kemudian, Pangeran Sapu Jagat meminta salah satu temannya yang bernama Pangeran Sela Ganda, untuk mencarikan sumber mata air. Pada akhirnya Pangeran Sela Ganda telah menemukan sumber mata air yang bersih di sungai Desa Sindang Laut. Karena air terus memancar, Pangeran Sapu Jagad dan prajuritnya membangun tempat berlindung agar air tidak terbuang percuma. 

Akhirnya Dukuh Awi menetap disana. Belakangan oleh Belanda, mata air tersebut diperbesar, diberi tembok, dan diberi atap agar lebih terlindungi dari benda-benda yang masuk ke dalam mata air tersebut. Konon air dari Sindang Pancuran dipercaya membawa manfaat. Hal ini bermula ketika salah satu anak Prabu Siliwangi bernama Kian Santang sedang sakit saat masih kecil. 

Prabu Siliwangi pun memerintahkan kakaknya, Pangeran Wauntungsang, untuk mengambil air dari Sindang Pancuran. Setelah diberi air minum, akhirnya Kian Santang sembuh. Hal inilah yang akhirnya membuat masyarakat setempat, bahkan dari luar daerah, datang ke Sindang Pancuran untuk mendapatkan manfaatnya, seperti penyembuhan penyakit, perawatan, dan muhabbah atau kasih sayang.

Meski dijadikan tempat bersejarah, tampaknya situs ini perlu perhatian pemerintah. Penyebabnya adalah fasilitas pendukung yang kurang memadai dan kurangnya promosi pariwisata. Apalagi sampah yang ditemukan di sumber mata air telah kehilangan keindahan situs suci tersebut.

Sebenarnya dana pelestarian situs bersejarah di Kabupaten Cirebon semuanya sudah masuk ke Dana Desa, yang mana dana tersebut akan diberikan kepada desa yang memiliki situs bersejarah. Jadi Dinas Kebudayaan tidak mencakup semua situs sejarah saja. Sebab, ada dana yang dilimpahkan kepada kepala desa melalui Dana Desa untuk pelestarian situs bersejarah. 

Demikian ulasan artikel tentang Menggali Sejarah Asal-Usul Situs Keramat Sindang Pancuran Dan 7 Sumber Mata Airnya. Semoga bermanfaat.