Mempertahankan Kearifan Lokal Etnomedisin Gambir Sebagai Obat Tradisional di Sumatera Barat
Etnomedisin | Foto : Media Cirebon

Media Cirebon - Etnomedisin adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahan alami sebagai obat-obatan tradisional di suatu etnis atau kelompok masyarakat. Di Indonesia pembuatan obat-obatan tradisional menggunakan tumbuh-tumbuhan sudah berlangsung cukup lama dan sudah menjadi bagian dari warisan budaya. 

Salah satu contoh praktik etnomedisin dapat ditemukan di masyarakat Minangkabau yang terdapat di suatu daerah yang bernama Teluk Embun, Nagari Pauh, Kecamatan Lubuk Sikamping, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Tanaman yang digunakan sebagai obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut adalah tanaman gambir.

Gambir (ucaria gambir) merupakan salah satu bentuk hasil hutan bukan kayu yang sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Tanaman ini terkenal tidak hanya sebagai bahan penyamak kulit untuk mencegah pembusukan dan menjaga kelembutan kulit tanaman gambir juga dikenal luas karena khasiatnya dalam pengobatan berbagai penyakit.

Penggunaan gambir sebagai obat-obatan yang digunakan oleh masyarakat Pauh seperti gambir digunakan sebagai sakit perut, bisul, dan sakit tenggorokan, luka luar, dan sebagainya. Biasanya bagian yang digunakan dari gambir adalah ranting dan daunnya, yang mengandung zat aditif alamiah.

Di Sumatra Barat gambir diproses dengan keterampilan dan pengetahuan yang telah diwariskan secara turun temurun. Biasanya para petani gambir menggunakan teknik tradisional dalam menanam hingga memanen tanaman gambir. 

Setelah proses panen tanaman gambir diolah dengan cara melakukan ekstraksi yaitu melakukan proses pengeluaran getah yang terdapat di dalam ranting dan daun tanaman gambir dengan cara direbus kebudian diperas dan cairan getahnya diendapkan. Setelah itu, endapan dipisah, dicetak dan dikeringkan, sehingga menghasilkan gambir.

Dari segi kajian ilmiah, gambir memiliki sifat antioksidan yang cukup tinggi, yang berasal dari kandungan senyawa polifenol. Ekstrak etanol daun gambir juga menunjukan sebagai obat anti diare dan juga memungkinkan penggunaannya sebagai agen antikanker. 

Selain penggunaan gambir sebagai pengobatan tradisonal tidak hanya memiliki nilai medis, tetapi gambir juga memiliki nilai budaya dan lingkungan. Gambir menjadi bagian warisan lokal yang harus dilestarikan.

Tantanga untuk menjaga keberlanjutan penggunaan gambir tidak dapat diabaikan. Dari perubahan pola hidup, perubahan lingkungan, dan urbanisasi bisa mengancam kelangsungan penggunaa gambir sebagai oabat-obatan tradisional. Dari tantangan tersebut juga ada peluang untuk melestarikan penggunaan gambir sebagai obat-obatan tradisional. 

Dalam penelitian ilmiah tetang sifat-sifat gambir dan potensinya untuk obat modern dapat membuka pengembangan produk-produk kesehatan yang inovatif. Promosi dan edukasi untuk pemanfaatan gambir juga dapat untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya.

Etnomedisen gambir di Sumatera Barat adalah contoh nyata bagaimana pengetahuan lokal yang dapat memainkan peran penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk memahami nilai-nilai dan tantangan yang terkait dengan penggunaan gambir, dengan cara dapat diambil untuk memastikan warisan tetap relevan dan berguna bagi generasi yang akan datang.

Salah satu langkah yang bisa mempertahankan kearifan lokal dengan memberikan penghargaan serta dukungan untuk para petani dan praktisi etnomedisin yang menjaga tradisi agar tetap hidup. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai program pembinaan, pelatihan, dan pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pendidikan juga memiliki peran untuk mempertahankan etnomedisin gambir sebagai obat tradisional. Masyarakat dapat diberikan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan yang terkanduk dalam praktik penggunaan gambir. Dari program pendidikan ini dapat memberikan pengajaran tentang tanaman obat tradisional, teknik pengolahan tradisional, dan manfaat kesehatannya.

Pendidikan tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pemeliharaan lingkungan yang merupakan elemen kunci dalam menjaga kearifan lokal. Gambarannya, gambir tidak hanya tumbuh di habitat alaminya, namun keberadaannya yang berkelanjutan tergantung pada kelestarian hutan dan ekosistem tempat tumbuhnya. Ini mengimplikasikan perlunya keterlibatan praktik pertanian yang bijaksana dalam pengelolaan hutan serta perlindungan terhadap habitat gambir dari ancaman spesies tanaman liar.

Menggunakan gambir secara berlebihan dan tidak bertanggung jawab juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, maka diperlukan regulasi yang ketat untuk mengontrol eksploitasi dan penjualan ilegalnya, dengan pemerintah setempat dan organisasi non-pemerintah atau komunitas lokal berperan dalam pengembangan program yang mendukung pengelolaan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan.

Promosi dan pemasaran juga dapat peran penting untuk mempertahankan penggunaan gambir sebagai obat tradisional. Melalui kampanye promosi yang tepat, kita bisa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat kesehatan gambir dan meningkatkan permintaan terhadap produk-produk yang memiliki kandungan gambirnya. Tidak hanya memberikan insentif ekonomi bagi para petani gambir dan juga membantu mempertahankan identitas budaya dan nilai-nilai lokal.

Dan tidak lupa, dengan adanya kolaborasi dan kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan juga sangat penting untuk mempertahankan kearifan lokal. Ini juga termasuk kerja sama kerja sama antara pemerintah, akademis, LSM, perusahaan swasta, dan masyarakat lokal untuk mengidentifikasi tantangan, memberikan solusi, dan mengimplementasikan program-program yang efektif. 

Dengan bersatu untuk tujuan yang sama, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan atau kelangsungan praktik-praktik tradisional seperti menggunakan gambir sebagai obat tradisional.



Oleh: Dwino Scorpio (Mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau, FIB, Universitas Andalas Padang)

Editor: Dedi Natadiningrat