![]() |
Pulau Sumatra | Foto : Berbagai Sumber |
Pulau sumatera ini terletak di bagian sebelah bagian barat gugusan pulau di Indonesia yang terdiri dari sepuluh provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan juga Bangka Belitung.
Pulau Sumatera memiliki luas sekitar 473.481 km2 dan merupakan pulau terbesar keenam di dunia. Pulau Sumatera berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu: Di sebelah utara: Teluk Benggala dan sebelah selatan: Selat Sunda.
Sedangkan sebelah barat: Samudera Hindia dan sebelah timur: Selat Malaka dan Selat Karimata Sejarah Pulau Sematra Pulau Sumatera dikenal dengan nama lain namanya yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (Sansekerta yang berarti pulau emas).
Awalnya warga Pulau Sumatera belum mengenal nama Sumatera. Nama nusantara ini ditambahi oleh penjajah asing. Mereka mengenal pulau itu dengan nama Pulau Percha (Pritcho dalam dialek Melayu) dan dalam karya sastra Melayu disebut Indalas yang mengacu pada pulau-pulau di sekitar semenanjung Melayu.
Seorang orientalis asal Inggris abad ke-19 yang pernah berkunjung ke Bencoolen (Bengkulu), William Marsden, berpendapat bahwa Indalas sangat mirip dengan nama 'Andalusia'. Sedangkan kata Percha berasal dari bahasa Melayu yang berarti terpotong atau robek. Marsden menganggap Percha aneh karena mengingatkannya pada layar kapal yang robek. Namun kata ini masuk akal jika mengacu pada sesar pada daratan di sisi timur.
Dimana, tempat ini diibaratkan dengan percha yaitu sebuah pulau yang terpotong-potong. Pendeta I-tsing (634-713) dari Tiongkok yang tinggal di Sriwijaya (sekarang Palembang) selama bertahun-tahun pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti tanah emas.
Suwarnadwipa dan Suwarnabhumi adalah istilah yang disebutkan dalam berbagai prasasti. Sumatera disebut Suwarnadwipa (Sansekerta berarti pulau emas) atau Suwarnabhumi (Sansekerta berarti tanah emas), istilah ini digunakan dalam teks-teks India sebelum Masehi.
Bahkan bagi para musafir Arab sebut Pulau Sumatera dengan nama Serendib atau Suwarandib. Kata ini merupakan salinan dari Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, seorang ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 1030, mengatakan bahwa negara Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib.
Sebaliknya ada juga yang menerjemahkan Serendib menjadi Sri Lanka dan tidak pernah disebut Suwarnadwipa. Bahkan Sumatera dikenal dengan nama Taprobana bagi sebagian orang Yunani Kuno. Klaudios Ptolemy, seorang ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165 menggunakan nama Taprobana Insul.
Nama ini digunakan ketika Ptolemeus mendeskripsikan Asia Tenggara dalam bukunya Geographike Hyphegesis. Ia menulis bahwa Pulau Taprobana terletak di negara Barousai. Diperkirakan negara yang dimaksud adalah Barus di pesisir barat Sumatera yang sejak zaman dahulu dikenal sebagai penghasil kapur barus.
Bahkan sejak zaman dahulu para pedagang dari sekitar Laut Mediterania telah mengunjungi tanah airnya, khususnya Sumatera. Mereka mencari emas, kemenyan (Styrax sumatrana), dan kapur barus (Dryobalanops aromatik) yang saat itu hanya terdapat di Sumatera.
Disisi lain, masyarakat Indonesia telah menjajakan komoditas ke Asia Barat dan Afrika Timur. Bukti perjalanan ini terdapat dalam naskah Historis Naturalis karya Plini abad pertama Masehi. Dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya' 81 dijelaskan bahwa kapal Nabi Sulaiman (AS) berlayar menuju “negeri yang Kami berkahi atasnya” (al-ardha-I-Lati barak-Na fiha).
Dan para ahli juga meyakini negara Ophir yang dimaksud terletak dipulau Sumatera. Kota Tirus kuno di Fenisia, yang saat ini merupakan kota terbesar keempat di Lebanon, merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh.
Pulau Sumatera dan Sekitarnya Dalam Geographile Hyphegesis, Ptolemeus menulis bahwa seorang saudagar Tirus bernama Marinus. Banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas di Sumatera. Dugaannya demikian karena di situlah Ofir, Nabi Silaiman a.s. terletak. Sumatra adalah nama yang berasal dari Samudera, sebuah kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14.
Sejak abad ke-15, para pedagang Eropa menggunakan nama kerajaan ini untuk memberi nama seluruh pulau. Perubahan nama Samudera menjadi Sumatera. Perubahan nama Samudera menjadi Sumatera disebutkan oleh beberapa pedagang asing yang singgah di pulau ini.
Dalam kisah pelayarannya, Odorico da Pordenone pada tahun 1318 menceritakan bahwa ia berlayar ke timur dari Coromandel, India selama 20 hari hingga tiba di kerajaan Sumoltra. Kisah Ibnu Batutah dalam kitab Rihlah ila-l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur), beliau menceritakan bahwa pada tahun 1345 beliau singgah di kerajaan Samatrah.
Pada tahun 1490, Ibnu Majid membuat peta wilayah sekitar Samudera Hindia. Di peta tersebut terdapat sebuah pulau yang tertulis Samatrah bahkan saat peta disalin muncul dalam istilah yang berbeda.
Hal ini terjadi ketika Roteiro 1498 menyalin peta Ibnu Majid pada tahun 1498 sehingga memunculkan nama “Camatarra”. Kemudian, peta yang dibuat oleh Amerigo Vespucci pada tahun 1501 mencantumkan nama Samatara.
Alhasil, beberapa traveler menulis dengan istilah yang berbeda-beda, mulai dari Samoterra, Samotra, Sumotra, hingga Zamatra, atau Zamatora. Kemudian dalam catatan Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake pada abad ke-16 mulai konsisten dalam menulis Sumatra. Diadaptasi dengan bahasa Indonesia, bentuk ini mulai menjadi standar.
Demikian penjelasan Sejarah Pulau Sumatera dan Asal-Usul Nama Daerah Sumatera seperti yang dilansir alexistogel slot, semoga bermanfaat.